Oleh Mohd. Sabri AR
Di
sebuah ruang: sekelompok darwis menari, memusat-melingkar, menabrak arus
jarum jam, dikepung musik ney—sebilah seruling buluh—yang berakar
dari tradisi sufi Persia yang jauh. Kedudukan ney yang menonjol ini
tidak hanya karena digunakan maestro mistik-cinta Mawlânâ Rûmî, tapi
juga ney adalah instrumen arketip, memiliki posisi terhormat
di antara instrumen musik paling antik. Kemerduan ney yang tipikal dan
gema subtil yang dihasilkannya, mampu membangkitkan gairah spiritual dan
menuntun aku-ontologis membentang luas, menembus trans meta-kosmik
hingga ke “ruang” infinitum yang tak tepermanai.
Jika mistisisme secara natural dihubungkan dengan harmoni semesta, maka tarian “berputar” para darwis dari aliran Mawlâwî merupakan alegorisma dari mekanisme ruang kosmik dan planet-palnet yang berputar pada dua poros: pusat dan orbit. Itu sebab, tradisi sufi mengandaikan adanya “pusat” (axis) dan “lingkar luar” (mundis) sang aku. Yang pertama adalah aku-otentik; Fritjof Schuon dalam Transcendent Unity of Religions (1980) menyebutnya sebagai sesuatu yang “identik” dengan Kenyataan Ilahi, sementara yang terakhir adalah aku-periferial, aku-pinggiran. Dunia sufi adalah dunia yang memungkinkan seorang salik menemukan kesunyian paling senyap yang tersembunyi di “pusat” dirinya. Kesunyian primordial adalah bentuk musik paling sublim dan hanya terdengar oleh kualitas aku-ruhani tertentu yang mengenal jejak asal usulnya.
Dunia sufi adalah realitas penyingkapan rahasia diri dan kosmik, yang pada puncaknya mengenal Tuhan—melalui musik kesunyian primordial. Secara ontologis, seorang sufi dapat melakukan transformasi batin, sehingga mampu mendengarkan musik jiwa dan nyanyian kosmik. Bahkan di tengah kebisingan hidup sehari-hari, ia mendengarkan musik Kesunyian Yang Maha Lain. Itu sebabnya, masyarakat Hindu meyakini bahwa seni yang mula-mula dikirimkan dari nirvana kepada manusia adalah seni musik. Tak sedikit pula ahli makrifat Muslim (‘urafâ’) berpendapat, musik merupakan instrumen terbaik untuk mengekspresikan rahasia-rahasia Ilahi yang tak tercakapkan. Meminjam ungkapan Rûmî: musik primordial mengekspresikan rahasia perjanjian asali antara Tuhan dan manusia (asrâr-i alast) melalui selubung melodi.
Meski asalnya adalah dunia transenden-esoterik, ruh manusia bersemayam pada tubuh duniawi melalui suatu mukjizat—yang rahasianya hanya diketahui Tuhan—sehingga ia terjerembab dalam kehidupan dunia yang
Jika mistisisme secara natural dihubungkan dengan harmoni semesta, maka tarian “berputar” para darwis dari aliran Mawlâwî merupakan alegorisma dari mekanisme ruang kosmik dan planet-palnet yang berputar pada dua poros: pusat dan orbit. Itu sebab, tradisi sufi mengandaikan adanya “pusat” (axis) dan “lingkar luar” (mundis) sang aku. Yang pertama adalah aku-otentik; Fritjof Schuon dalam Transcendent Unity of Religions (1980) menyebutnya sebagai sesuatu yang “identik” dengan Kenyataan Ilahi, sementara yang terakhir adalah aku-periferial, aku-pinggiran. Dunia sufi adalah dunia yang memungkinkan seorang salik menemukan kesunyian paling senyap yang tersembunyi di “pusat” dirinya. Kesunyian primordial adalah bentuk musik paling sublim dan hanya terdengar oleh kualitas aku-ruhani tertentu yang mengenal jejak asal usulnya.
Dunia sufi adalah realitas penyingkapan rahasia diri dan kosmik, yang pada puncaknya mengenal Tuhan—melalui musik kesunyian primordial. Secara ontologis, seorang sufi dapat melakukan transformasi batin, sehingga mampu mendengarkan musik jiwa dan nyanyian kosmik. Bahkan di tengah kebisingan hidup sehari-hari, ia mendengarkan musik Kesunyian Yang Maha Lain. Itu sebabnya, masyarakat Hindu meyakini bahwa seni yang mula-mula dikirimkan dari nirvana kepada manusia adalah seni musik. Tak sedikit pula ahli makrifat Muslim (‘urafâ’) berpendapat, musik merupakan instrumen terbaik untuk mengekspresikan rahasia-rahasia Ilahi yang tak tercakapkan. Meminjam ungkapan Rûmî: musik primordial mengekspresikan rahasia perjanjian asali antara Tuhan dan manusia (asrâr-i alast) melalui selubung melodi.
Meski asalnya adalah dunia transenden-esoterik, ruh manusia bersemayam pada tubuh duniawi melalui suatu mukjizat—yang rahasianya hanya diketahui Tuhan—sehingga ia terjerembab dalam kehidupan dunia yang