Setiap agama yang
hadir di muka bumi selalu membawa harapan hidup yang lebih baik bagi setiap
pemeluknya. Merosot dan jayanya suatu agama sangat bergantung pada seberapa
besar umatnya meyakini dan mengakui kebesaran harapan hidup yang lebih baik tersebut.
Harapan yang terpenuhi akan semakin memperkuat keyakinannya pada agama yang
dipeluknya. Sebaliknya, harapan yang “tak terpenuhi” akan meruntuhkan
panji-panji keyakinannya.
Islam dengan misi
rahmatan lil ‘alamin memberikan rahmat bagi seluruh alam dengan tidak
mendiskriminasikan umatnya karena perbedaan kelamin, suku, warna kulit, bentuk tubuh,
usia, pandangan politik, etnis, ras, agama, orientasi seksual, dan
perbedaanperbedaan lainnya. Para mufassir (ahli tafsir) tidak ada yang memiliki
pemahaman yang berbeda tentang misi Islam, tetapi problem muncul ketika para
mufassir memahami ayat-ayat lain dalam Al-Quran dan hadis-hadis yang disabdakan
oleh Rasulullah Saw. Sebut saja yang berkaitan dengan orientasi seksual
terhadap sesama jenis dan segala aspek kehidupannya. Dalam persoalan inilah “Islam
menjadi bencana bagi kaum homoseksual”. Karena para mufassir mayoritas memahami
ayat-ayat tentang homoseksualitas dengan perspektif bias heteronormativitas,
sehingga kaum homoseksual (lesbian dan gay) berada pada kelompok yang dianggap
menyimpang, dan memiliki konflik dalam beragama.
Kajian-kajian
mutakhir tentang homoseksualitas mulai menyentuh “ tafsir klasik” dan mengundang
agamawan untuk menggunakan pisau analisis ilmu sosial, gender, hak asasi manusia,
dan ilmu keislaman murni. Di antaranya adalah Irshad Manji. Dia adalah feminis
muslimah yang menulis buku yang berjudul Beriman Tanpa Rasa Takut yang
bisa anda download. Buku ini perlu dibaca dan dipahami secara kritis,
didialogkan secara sehat dan berkeadilan. Nasr Hamed Abu-Zeid menyatakan bahwa
realitas sosial adalah dasar dan tidak mungkin diabaikan. Dari realitas sosial
lahirlah teks. Dari bahasa dan kebudayaan teks terbangunlah sistem. Realitas
adalah yang pertama, kedua dan yang terakhir. Mengabaikan realitas karena mempertimbangkan
teks yang beku tanpa perubahan atas pemaknaannya akan menjadikan teks sebagai
sebuah legenda (Nasr Hamed Abu-Zeid dalam bukunya Naqd Al-Khitab Al-Diniy).
Untuk itu,
kehadiran buku ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan wacana keislaman,
seksualitas dari perspektif kritis, kontekstual, dan kemanusiaan.
Silahkan anda download disini
0 komentar:
Posting Komentar